Selasa, 10 Januari 2012

just in time

JUST IN TIME
1.      Pendahuluan
Sistem pemanufakturan tradisional mengatur skedul produksinya berdasarkan pada peramalan kebutuhan di masa yang akan datang.Padahal tidak seorangpun yang dapat memprediksi masa yang akan dating dengan pasti walaupun dia memiliki pemahaman yang sempurna tentang masa lalu dan memiliki insting yang tajam terhadap kecendrungan yang terjadi di pasar.
Produksi berdasarkan prediksi terhadap masa yang akan datang dalam sistem tradisonal memiliki resiko kerugian yang lebih besar karena over produksi daripada produksi berdasarkan permintaan yang sesungguhnya. Oleh karena itu munculah ide Just In Time yang memproduksi apabila ada permintaan. Suatu proses produksi hanya akan memproduksi apabila diisyaratkan oleh proses berikutnya. Sebagai akibatnya pemborosoan dapat dihilangkan dalam skala besar, yaitu berupa perbaikan kualitas dan biaya produksi yang lebih rendah. Kedua hal tersebut menjadikan perusahaan lebih kooperatif. Tujuan utama Just In Time adalah untuk meningkatkan laba dan posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui usaha pengendalian biaya, peningkatan kualitas, serta perbaikan kinerja pengiriman.
Just In Time merupakan filosofi pemanufakturan yang memiliki implikasi penting dalam manajemen biaya. Ide dasar Just In Time sangat sederhana, yaitu berproduksi hanya apabila ada permintaan (full system) atau dengan kata lain hanya memproduksi sesuatu yang diminta, pada saat diminta, dan hanya sebesar kuantitas yang diminta.

 Prinsip dasar Just In Time adalah peningkatan kemampuan perusahaan secara terus menerus untuk merespon perubahan dengan minimisasi pemborosan. Terdapat empat aspek pokok dalam konsep Just In Time yaitu:
1.      Menghilangkan semua aktifitas atau sumber-sumber yang tidak memberikan nilai tambah terhadap produk atau jasa.
2.      Komitmen terhadap kualitas prima.
3.      Mendorong perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan efisiensi.
4.      Memberikan tekanan pada penyederhanaan aktivitas dan peningkatan visibilitas aktivitas yang memberikan nilai tambah.


Perusahaan-perusahaan meningkatkan perhatian terhadap keuntungan potensial dari :
1.      Membuat pesanan pembelian yang lebih kecil dan lebih sering.
2.      Membangun kembali hubungan dengan pemasok.

Kedua hal di atas berhubungan dengan peningkatan minat dalam sistem pembelian tepat waktu (Just In Time). Pembelian Just In Time adalah pembelian barang atau bahan sedemikian rupa sehingga pengiriman secara tepat mendahului permintaan atau penggunaan. Dalam keadaan ekstrim tidak adanya persediaan (barang untuk dijual bagi seorang pengecer, bahan baku barang dalam proses atau barang jadi bagi seorang produsen) yang ditahan.
Perusahaan yang menggunakan pembelian Just In Time biasanya menekankan biaya tersembunyi yang berhubungan dengan menahan tingkat persediaan yang tinggi. Biaya tersembunyi ini meliputi jumlah ruang penyimpanan yang lebih besar dan jumlah kerusakan kerusakan yang cukup besar.

2.      Pokok-pokok Permasalahan
Pokok-pokok permasalahan dalam perkembangan Just In Time di perusahaan industri yang sering terjadi dalam hal ini adalah :
·         Pengertian Just In Time.
·         Bagaimana persediaan dalam sistem Just In Time.
·         Bagaimana pembelian dalam sistem Just In Time.
·         Bagaimana produksi dalam sistem Just In Time.
·         Bagaimana hubungan Just In Time dan percepatan waktu produksi
·         Just In Time dan kerugian produksi.
·         Just In Time dan perorganisasian pubrik

3.      Pembahasan
A.    Pengertian Just In Time
Menurut Henri Simamora dalam bukunya Akuntansi Manajemen, Just In Time adalah suatu keseluruhan filosofi operasi manajemen dimana segenap sumber daya, termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas dibutuhkan. Tujuannya adalah untuk mengangkat produktifitas dan mengurangi pemborosan. Just In Time didasarkan pada konsep arus produksi yang berkelanjutan dan mensyaratkan setiap bagian proses produksi bekerja sama dengan komponen-komponen lainnya. Tenaga kerja langsung dalam lingkungan Just In Time dipertangguh dengan perluasan tanggung jawab yang berkontribusi pada pemangkasan pemborosan biaya tenaga kerja, ruang dan waktu produksi.
Metode produksi Just In time mensyaratkan tidak adanya persediaan bahan baku karena bahan baku dan suku cadang dijadwalkan untuk sampai ke pabrik dari pemasok hanya pada saat dibutuhkan saja.

JIT mempunyai empat  aspek pokok sebagai berikut:
1.      Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau jasa harus di eliminasi.Aktivitas yang tidak bernilai tambah meningkatkan biaya yang tidak perlu,misalnya persediaan sedapat mungkin nol.
2.      Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu yang lebih tinggi. Sehingga produk rusak dan cacat sedapat mungkin nol,tidak memerlukan waktu dan biaya untuk pengerjaan kembali produk cacat, dan kepuasan pembeli dapat meningkat.
3.      Selalu diupayakan penyempurnaan yang berkesinambungan (Continuous Improvement)dalam meningkatkan efisiensi kegiatan.
Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan meningkatkan pemahaman terhadap aktivitas yang bernilai tambah

JIT dapat diterapkan dalam berbagai bidang fungsional perusahaan seperti misalnya pembelian, produksi, distribusi, administrasi dan sebagainya.

B.     Persediaan Just In Time
 Just In Time adalah suatu keseluruhan filosofi operasi manajemen dimana segenap sumber daya, termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas dibutuhkan. Tujuannya adalah untuk mengangkat produktifitas dan mengurangi pemborosan. Just In Time didasarkan pada konsep arus produksi yang berkelanjutan dan mensyaratkan setiap bagian proses produksi bekerja sama dengan komponen-komponen lainnya. Tenaga kerja langsung dalam lingkungan Just In Time dipertangguh dengan perluasan tanggung jawab yang berkontribusi pada pemangkasan pemborosan biaya tenaga kerja, ruang dan waktu produksi.
Perusahaan-perusahaan pabrikasi menyimpan tiga jenis persediaan : bahan baku,barang dalam proses, dan barang jadi. Persediaan-persediaan ini dirancang untuk bertindak sebagai penyangga sehingga kegiatan-kegiatan perusahaan tetap dapat berjalan mulus kendatipun para pemasok terlambat melakukan pengiriman atau bilamana sebuah departemen tidak mampu beroperasi selama beberapa waktu karena sesuatu atau hal lainnya. Persediaan-persediaan ini dirancang untuk bertindak sebagai penyangga sehingga kegiatan-kegiatan perusahaan tetap dapat berjalan mulus kendatipun para pemasok terlambat melakukan pengiriman atau bilamana sebuah departemen tidak mampu beroperasi selama beberapa waktu karena sesuatu atau hal lainnya. Namun penyimpanan persediaan-persediaan itu sudah barang tentu memakan biaya besar. Sistem Just In Time merupakan upaya untuk mengurangi atau menghilangkan persedian. Perusahaan yang mengadopsi system Just In Time ke proses produksinya mestilah merancang kembali fasilitas –fasilitas pabrikasinya dan kejadian - kejadian yang memicu proses Produksi berdasarkan prediksi terhadap masa yang akan datang dalam sistem tradisonal memiliki resiko kerugian yang lebih besar karena over produksi daripada produksi berdasarkan permintaan yang sesungguhnya. Oleh karena itu munculah ide Just In Time yang memproduksi apabila ada permintaan. Suatu proses produksi hanya akan memproduksi apabila diisyaratkan oleh proses berikutnya. Sebagai akibatnya pemborosoan dapat dihilangkan dalam skala besar, yaitu berupa perbaikan kualitas dan biaya produksi yang lebih rendah. Kedua hal tersebut menjadikan perusahaan lebih kooperatif. Tujuan utama Just In Time adalah untuk meningkatkan laba dan posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui usaha pengendalian biaya, peningkatan kualitas, serta perbaikan kinerja pengiriman.
C.     Pembelian dalam sistem Just In Time.
Pendekatan JIT untuk pembelian menekankan pada pengurangan jumlah pemasok serta memperbaiki mutu bahan baku mapun fungsi pembelian. Agar bisa memindahkan bahan baku secara langsung dari pemasok ke ruang produksi dengan sedikit atau tanpa inspeksi, dan menghilangkan kebutuhan ruang penyimpanan jangka panjang
Beberapa hambatan dalam pembelian JIT:
Ø  Layout proses produksi
Ø  Frekuensi perubahan jadual
Ø  Sikap agen pembelian dan pemasok
Ø  Keandalan pengangkutan
Ø  Jarak pemasok

Pembelian JIT yang sudah dikembangkan dengan baik menggunakan pesanan pembelian gabungan, yang merupakan perjanjian dengan pemasok yang menyatakan jumlah yang diperkirakan akan dibutuhkan selama perioda tiga atau enam bulan ke depan. Jumlah dan tanggal pasti tiap pengantaran ditetapkan lewat telepon atau EDI. Sehingga menghilangkann beberapa form yang diperlukan dalam pembelian atau pengadaan bahan baku.

D.    Produksi JIT
Produksi JIT adalah sistem penjadwalan produksi komponen atau produk yang tepat waktu, mutu, dan jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan oleh tahap produksi berikutnya atau sesuai dengan memenuhi permintaan pelanggan.

Produksi JIT dapat mengurangi waktu dan biaya produksi dengan cara:
1.      Mengurangi atau meniadakan barang dalam proses dalam setiap workstation (stasiun kerja) atau tahapan pengolahan produk (konsep persediaan nol).
2.      Mengurangi atau meniadakan “Lead Time” (waktu tunggu) produksi (konsep waktu tunggu nol).
3.      Secara berkesinambungan berusaha sekeras-kerasnya untuk mengurangi biaya setup mesin-mesin pada setiap tahapan pengolahan produk (workstation).
4.      Menekankan pada penyederhanaan pengolahan produk sehingga aktivitas produksi yang tidak bernilai tambah dapat dieliminasi.

Perusahaan yang menggunakan produksi JIT dapat meningkatkan efisiensi dalam bidang:
1.      Lead time (waktu tunggu) pemanufakturan
2.      Persediaan bahan, barang dalam proses, dan produk selesai
3.      Waktu perpindahan
4.      Tenaga kerja langsung dan tidak langsung
5.      Ruangan pabrik
6.      Biaya mutu
7.      Pembelian bahan

Penerapan produksi JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya dan manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:
1.      Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan
2.      Mengeliminasi atau mengurangi kelompok biaya (cost pools) untuk aktivitas tidak langsung
3.      Mengurangi frekuensi perhitungan dan pelaporan informasi selisih biaya tenaga kerja dan overhead pabrik secara individual
4.      Mengurangi keterincian informasi yang dicatat dalam “work tickets”

E.     Bagaimana hubungan Just In Time dan percepatan waktu produksi
BDP punya hubungan penting dengan kecepatan. Jika tingkat output tetap sementara jumlah unit dalam proses diturunkan, maka kecepatan sistem telah digandakan. Kecepatan berhubungan terbalik dengan throughput time
Peningkatan kecepatan akan mengurangi waktu memenuhi pesanan produksi, bahkan mungkin dicapai zero inventory untuk barang jadi karena semua pengiriman dibuat sesuai pesanan.
Tujuan JIT adalah mengurangi waktu siklus total (terutama waktu proses yang signifikan dalam produk). Mengurangi waktu total siklus berarti mengurangi biaya dan meningkatkan daya saing.
Misal, biaya penyimpanan tahunan 25% dari biaya produksi variabel dan biaya variabel rata-rata BDP Rp.2.000.000,- manajemen merencanakan menggunakan JIT untuk menggandakan kecepatan BDP tanpa mengubah total output tahunan. Ini dicapai dengan mengurangi ukuran batch menjadi setengahnya. Tidak ada perubahan dalam perencanaan persediaan bahan baku atau persediaan barang jadi. Rata-rata BDP akan dikurangi setengahnya, sehingga menghemat biaya penyimpanan tahunan Rp.250.000 (25% x ½ x Rp.2.000.000).





F.      Just in Time dan Kerugian Produksi
Dengan JIT, tidak akan ada barang setengah jadi yang tersimpan atau menunggu antara satu tahap produksi dengan tahap berikutnya, sehingga menghilangkan kemungkinan keterlambatan pendeteksian barang cacat, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas dan mengurangi biaya.
Disamping beberapa keuntungan potensial dengan BDP yang rendah, ada beberapa biaya yang harus di-offset dalam pengurangan BDP:
Ø  Penanganan sebagian besar batch-batch BDP yang lebih kecil, termasuk biaya memproses lebih banyak pesanan produksi dan permintaan bahan baku, jika dokumen ini tetap digunakan, dan biaya untuk menangani lebih banyak untuk pengangkutan baha baku.
Ø  Makin tingginya probabilitas terhentinya produksi karena perseidaan pengaman yang lebih kecil di tiap lokasi kerja.
Ø  Kemungkinan biaya persediaan tidak dapat dikurangi sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi jumlah persiapan yang harus dilakukan.
G.    Just In Time dan pengorganisasian pubrik
Salah satu pendekatan JIT adalah untuk mengubah dari layout tradisional menjadi unit unit kerja. Suatu unit bertanggung jawab untuk seluruh produksi dari suatu produk atau komponen, atau sekelompok dari produk atau komponen yang serupa.
Selain pengawasan, tugas lain yang biasanya dianggap sebagai tugas yang dilakukan oleh tenaga kerja tidak langsung dibebankan ke pekerja unit. Mereka menghentikan produksi setiap kali output unit mereka tidak dibutuhkan dan memulai kembali produksi ketika output tersebut dibutuhkan kembali, menerima dan memindahkan bahan baku, memelihara, menyimpan dan menganti peralatan, cetakan dan perlengkapan unit serta mempersiapkan dan memperbaiki mesin-mesin sel. Akibatnya untuk mengukur tenaga kerja langsung dan tidak langsung secara terpisah menjadi tidak mungkin, karena seorang pekerja dapat berpindah dalam mengerjakan tugas dari tenaga kerja langsung ke tenaga kerja tidak langsung dan sebaliknya dalam beberapa menit atau detik.
Jika seluruh pabrik diatur menjadi unit, hasilnya adalah hilangnya departemen produksi tradisional maupun hampir semua departemen jasa. Penjadwalan, penerimaan, penanganan bahan baku, penyimpanan peralatan, persiapan, pemeliharan, inspeksi barang dalam proses, dan inspeksi barang jadi semuanya dilakukan oleh pekerja sel dan bukannya oleh departemen jasa yang terpisah. Fungsi tradisional dari departemen jasa termasuk penyimpanan bahan baku, penyimpanan barang dalam proses, penyimpanan barang jadi, inspeksi penerimaan, dan percepatan mungkin sama sekali tidak dibutuhkan.
Dampak dari pengaturan tersebut terhadap mutu produk bisa mengesankan. Ingat kembali bahwa salah satu unsur dari total Quality Managemen adalah pemberdayaan pekerja. Dampak akhir dari Just In Time atas pengaturan pabrik adalah pada kebutuhan akan luas lantai pabrik. Banyak pihak yang menerapkan JIT terkejut atas besarnya luas lantai pabrik yang tidak lagi diperlukan.

4.      Kesimpulan
Dalam menangani tingginya biaya, menurunnya laba, dan menajamnya persaingan telah mengakibatkan perusahaan mencari cara-cara untuk merampingkan kegiatan usaha mereka dan mengumpulkan lebih banyak data akurat untuk tujuan pengambilan keputusan. Oleh karena itu muncullah ide Just In Time (JIT) yang hanya memproduksi apabila ada permintaan. Akibatnya pemborosan dapat dihilangkan dalam skala besar, yaitu berupa perbaikan kualitas dan biaya produksi yang lebih rendah. Tujuan utama JIT adalah untuk meningkatkan laba dan posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui usaha pengendalian biaya, peningkatan kualitas, serta perbaikan kinerja pengiriman.

Prinsip dasar JIT adalah meningkatkan kemampuan secara terus-menerus untuk merespon perubahan dengan meminimisasi pemborosan. Ada empat aspek pokok dalam sistim JIT yaitu :
·         Menghilangkan semua aktivitas atau sumber-sumber yang tidak memberikan nilai tambah terhadap produk.
·         Komitmen terhadap kualitas prima.
·         Mendorong perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan efisiensi.
·         Memberikan tekanan pada penyederhanaan aktivitas dan peningkatan visibilitas yang memberikan nilai tambah.

Persediaan JIT adalah untuk sistem persediaan yang dirancang guna mendapatkan barang secara tepat waktu. Pada persediaan JIT mensyaratkan bahwa proses atau orang yang membuat unit-unit rusak dapat dikirim untuk menunggu pengerjaan ulang atau menjadi bahan sisa. Sistim JIT menghapus kebutuhan akan persediaan karena tidak ada produksi sampai barang akan dijual. Hal ini berarti bahwa perusahaan harus mempunyai pesanan terus menerus agar dapat berproduksi.
Dalam system JIT menerapkan untuk membeli barang hanya dalam kuantitas yang dibutuhkan saja. Untuk itu perusahaan harus mengikat kontrak panjang kepada pemasok agar bersedia mengirimkan barang yang kita pesan sesering mungkin. Hal ini agar tidak adanya persediaan di gudang.
Produsi JIT adalah suatu sistem dimana tiap komponen dalam jalur produksi menghasilkan secepatnya saat diperlukan dalam langkah selanjutnya dalam jalur produksi. Perusahaan harus memproduksi barang sesuai dengan jumlah pesanan agar tidak adanya persediaan.
Pada system JIT perusahaan harus meningkatkan kualitasnya agar dapat bersaing dengan perusahaan yang lain. Untuk perusahaan harus memperhatikan kualitas mutunya. Dalam pengiriman barang dalam JIT harus tepat waktu, sesuai dengan jumlah pesanan dan dengan kualitas yang bermutu tinggi. Karena hal ini dapat mempengaruhi kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan produksi. Jika pelanggan senang maka ia akan sering melakukn pesanan terhadap perusahaan produksi dan sebaliknya jika pelanggan tidak puas maka pelanggan akan memilih ke perusahaan produksi lainnya.

BACKFLUSHING
1.      Pendahuluan
Backflushing, disebut juga perhitungan biaya Backflush (Backflush biaya)  atau akuntansi Backflush (akuntansi Backflush), merupakan pendekatan yang dipersingkat atas akuntansi pada aliran biaya Manufaktur. Hal ini dapat diterapkan Ke sistem JIT ke yang sudah matang, di mana kecepatan begitu tinggi sehingga akuntansi tradisional tidak praktis. Baik perhitungan biaya Berdasarkan Pesanan maupun perhitungan biaya berdasarkan proses, Metode umum Dalam akumulasi biaya, melibatkan pemeliharaan buku tambahan atas biaya WIP. buku tambahan ini diperbaharui menggunakan Banyak jurnal akuntansi. Jika waktu Antara penerimaan bahan baku dan penyelesaian produk dikurangi menjadi beberapa jam,  maka kegunaan Dari penerlusuran biaya WIP secara hati-hati dapat dipertanyakan karena dua alasan.
Pertama, Waktu siklus total dalam beberapa jam berarti bahwa Jumlah WIP di setiap waktu kecil. Akibatnya, pembebanan biaya secara akurat ke  persediaan WIP yang kecil umumnya merupakan hal remeh, Baik untuk  pelaporan Keuangan maupun untuk pengendalian maupun WIP. Untuk pelaporan  keuangan, estimasi biaya akhir periode mencukupi jika persediaanya sangat  kecil. Untuk pengendalian persediaan WIP yang bergerak cepat, ukutan Fisik dan observasi visual digunakan. Kedua, meskipun jika seorang manajer Ingin menelusuri biaya WIP secara hati-hati dalam, situasi seperti ini, Tidak ada  teknologi pemrosesan data  saat ini yang dapat melakukannya.




BACKFLUSHING
1.      Pendahuluan
Backflushing / backfush costing / backflush accounting, merupakan pendekatan akuntansi pada aliran biaya menufaktur yang dipersingkat. Ini dapat diteapkan pada JIT yang sudah matang, dimana kecepatan begitu tinggi. Job order costing dan process costing (metoda akumulasi dalam akuntansi biaya) melibatkan pemeliharaan buku tambahan atas biaya barang dalam proses. Buku ini diperbaharui menggunakan banyak jurnal akuntansi. Akuntansi tradisional tidak praktis untuk sistem JIT.
2.      Pembahasan
Perhitungan biaya backflush bertujuan mengurangi jumlah kejadian yang diukur dan dicatat dalam sistem akuntansi. Disini sedikit saja penelusuran biaya barang dalam proses. Ringkasnya, akun persediaan tidak disesuaikan selama periode akuntansi untuk merefleksikan semua biaya produksi tapi saldonya dikoreksi menggunakan ayat jurnal akhir perioda-dan tidak ada catatan buku pembantu yang dipelihara untuk unit barang dalam proses. Perhitungan backflushing menghilangkan beberapa langkah-langkah akuntansi atau menggabungkan beberapa langkah. Beberapa akun buku besar juga dapat digabung.
Akuntansi persediaan bahan baku dan akuntansi barang dalam proses dapat diubah dengan perhitungan backflushing. Karena dalam sistem JIT yang berhasil mungkin saja tidak ada persediaan yang terpisah tapi langsung diproses, sehingga bahan baku dan barang dalam proses digabung jadi satu akun. Versi lain, jika ada akun barang dalam proses yang terpisah, sebagian atau semua elemen biaya dapat dibebankan ke akun itu sebelum akhir perioda akuntansi. Akun persediaan barang jadi juga dapat dibebankan dengan beberapa elemen biaya hanya dengan ayat jurnal akhir perioda. Mungkin juga tidak ada akun persediaan barang jadi).
Dalam akumulasi biaya berdasarkan job order costing dan process costing, biaya pekerjaan yang selesai ditentukan dengan membebankan semua elemen biaya (bahan baku, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik) ke persediaan barang dalam proses pada berbagai tahap produksi. Tapi dalam backflushing, beberapa atau semua biaya output (produk) ditentukan hanya setelah produksi selesai. Biaya pekerjaan yag selesai dikurangkan dari saldo akun barang dalam prses, atau akun kombinasi yang ekuivalen, dalam tahap yang disebut pengurangan pascaproduksi. Dalam terminologi, pengurangan mengacu pada jumlah biaya. Dalam praktek nyata, mungkin ada item lain yang harus dikurangi, seperti estimasi biaya bahan baku sisa, biaya bahan baku yang diretur ke pemasok, dan kehilangan yang diketahui saat perhitungan fisik persediaan, dan dalam sistem perhitungan biaya standar, varians biaya.
Perhitungan backflushing menggunakan estimasi akhir perioda atas komponen biaya bahan baku dan tenaga kerja untuk semua pekerjaan yang belum selesai, termasuk bahan baku yang belum diproses.
Dalam sistem biaya standar:
Ø  Estimasi biaya dibuat setelah perhitungan fisik persediaan (mingguan atau bulanan).
Ø  Estimasi biaya bahan baku diturunkan dari faktur pemasok terakhir jika ingin biaya aktual.
Ø  Estimasi jumlah biaya konversi diturunkan pertama-tama dengan mengestimasi biaya konversi suatu barang jadi, lalu membebankan sebagian biaya konversi per unit ke persediaan unit yang baru selesai sebagian.
Ø  Biaya konversi barang jadi dapat diestimasi dengan membagi total biaya konversi yang telah terjadi selama perioda itu dengan jumlah unit yang mulai diproses, atau dengan jumlah unit yang sudah selesai, atau dengan jumlah total unit yang sudah selesai maupun belum selesai, atau dengan toral jumlah yang serupa untuk periode itu.
Dalam sistem JIT yang matang yang mungkin menerapkan backflushing:
Semua langkah perhitungan biaya standar akan memberikan hasil yang hampir sama, karena hanya sedikit unit yang ada dalam persediaan di tiap waktu.das


Daftar Referensi
Tjiptono, Fandi dan Diana Anastasia. Total Quality Management, Yogyakarta : Andi Offset, 1994.
Simamora, Henri, Akuntansi Manajemen, Jakarta : Salemba Empat, 1999.
Mulyadi, Akuntansi Manajemen, Ed. 5, Jakarta : Salemba Empat, 1999.
Deakin, Maher, Akuntansi Biaya, Ed. 4, Jakarta : Erlangga, 1996.
Cherrington, Hubbard & Luthy, Cost Accounting, San Fransisco : West Publishing Company, 1994.
Hay, Edward, The Just In Time Breakthough, New York : Rath, 1998.
Hansen & Mowen, Akuntansi Biaya, Ed. 4, Jakarta : Salemba Empat, 2000.
Gayle, Raybun, Akuntansi Biaya Dengan Menggunakan Pendekatan Manajemen Biaya, Ed. 6, Yokyakarta : Erlangga, 1999.
Milton, F. Usry, Akuntansi Biaya Perencanaan dan Pengendalian, Yogyakarta : Erlangga, 1999.